Oleh: Ahmad Dahidi

“Lamun ku urang dititenan, budayawan Sunda teh aya keneh nu keukeuh peuteukeuh manut ka tali paranti karuhun (kalau kita perhatikan dan kita cermati, sebagian budayawan Sunda masih ada kelompok budayawan yang tetap berpegang teguh pada aturan nenek moyang”, kira kira seperti itu, Abah Tapa Umbara sesepuh Grup Karinding Raharja Sadulur mengawali obrolan dengan saya semalam. Bahkan Abah Tapa Umbara mengilustrasikan bahwa orang orang seperti itu tidak jauh berbeda dengan si Kabayan yang hendak memetik Jambe (pinang).

Dikisahkan oleh Abah Tapa Umbara bahwa salah satu cara untuk memetik Jambe di atas pohonnya diperlukan alat pengikat kaki agar mudah naik ke pohon jambe (Sunda: ngangsrod), dan itulah yang selalu dilakukan si Kabayan manakala akan memetik jambe. Suatu ketika pohon jambe itu roboh, dan si Kabayan disuruh mengambil jambe oleh mertuanya. Perintah mertuanya itu dijalankan dengan baik dan melakukan cara dia selama ini dia kerjakan, yaitu ritual ngangsrod. Secara SOP mengambil jambe itu benar, tapi tidak masuk akal dan logika. Jambe sudah ada di tanah karena pohonnya roboh, mengapa mesti tetap ngangsrod?. Dari anekdot tersebut, timbul pertanyaan, “mengapa si Kabayan tidak mengambil saja langsung jambe itu toh jambenya sudah di atas tanah?. Jadi, tidak perlu repot repot naik seperti halnya ketika pohon jambe itu masih berdiri tegak. Seperti itulah, sebagian budayawan Sunda yang ada sekarang, demikian simpulan Abah Tapa Umbara.

Abah Tapa Umbara sengaja datang ke rumah saya dalam rangka bincang bincang untuk memikirkan tindak lanjut kesenian tradisonal Sunda, khususnya karinding jangan sampai mati suri, yang sekaligus untuk menyaksikan karya karya grup karinding binaannya yaitu Raharja Sadulur,yang dibentuknya sejak tahun 2013. Penggagas Karinding supaya hidup kembali, yang selama ini (konon 500 tahun) sudah mati suri, dan tentunya salah seorang tokoh yang mendambakan kelestarian seni dan budaya Sunda ini, menurut hemat saya perlu didukung. Menurut Abah Tapa Umbara, di daerah Bandung Utara saja tidak kurang dari 180 grup kesenian karinding dengan nama grup yang beragam, namun yang bertahan dan mampu bangkit kembali sangat sedikit. Salah satunya adalah Raharja Sadulur. Abah Tapa Umbara, mulai membina Raharja Sadulur sejak tahun 2013 setelah mati suri. Seperti diketahui tokoh awal musik karinding ini adalah Abah Olot (nama sebenarnya yaitu Endang Sugriwa) yang mengembangkan musik ini berawal dari bilah enau atau bambu menjelma jadi perkusi. Bukan alat musik tiup, karinding adalah tetabuhan harmonisasi hati dan laku kaya filosofi. Syair yang menyertai berisi etika dan norma. Di tangan maestro Abah Olot itulah, padu padan karinding dan alat musik bambu lain seperti celempung dan suling melahirkan komposisi penggugah jati diri, demikian diberitakan dalam tayangan SCTV Liputan 6.com dalam acara “Potret Menembus Batas: Denting Musik Bambu Karinding”. Untuk lebih lengkapnya bisa dilihat di http://tv.liputan6.com/read/2854146/potret-menembus-batas-denting-musik-bambu-karinding.

Memang setelah saya amati perkembangan seni Sunda buhun ini telah terlindas oleh perkembangan zaman sehingga banyak sekali yang tidak mengenal kesenian Karinding yang notabene kesenian ini merupakan warisan budaya Sunda yang sangat syarat dengan nilai nilai spiritual dan nilai kehidupan agraris di Jawab Barat. Mati Suri ini dialami juga oleh Grup Kesenian Karinding Raharja Sadulur. Saya sendiri bukan ahli memainkan karinding, dan bukan pula bobotoh seni dan budaya Sunda. Sebenarnya saya baru mengenal, bahkan baru mendengar bahwa di tatar Sunda ini ada kesenian Karinding yang telah lama mati suri itu baru beberapa bulan yang lalu.

Beberapa bulan terakhir ini, saya mendengar bahwa di sekitar rumah saya ada grup karinding Raharja Sadulur, yang telah lama pula tidur pulas mengingat job job yang menuntut tampilnya sangatlah jarang, bahkan hampir tidak ada. Beda dengan jaipongan atau grup dangdut (seperti elektunan) yang sangat melejit bisa menebus ruang ruang rasa para penggemarnya sehingga jaipongan dan grup dangdut ini masih diatas angin bila dibandingkan dengan Karinding.

Setelah diidentifikasi, ternyata benar sekali bahwa di sekitar rumah saya ada grup Karinding, bahkan bukan membentuk grup semata, namun mampu memproduksi karinding dengan kauliatas baik. Salah seorang pencinta dan pelestari Karinding adalah Bogel. Nama aslinya Dindin Romansyah. Beliau dengan setia menjaga eksistensi musik karuhun, peninggalan nenek moyang. Musik cadas seorang mancing mania dan hobby balap motor (liar) adalah bagian masa lalu sebelum bogel terpikat karinding.  Potensi seni yang dimiliki Bogel dan yang lainnya, tentunya perlu dibina dan disalurkan ke arah kegiatan yang mempunyai nilai nilai moral positif sehingga cap yang melekat dalam diri mereka (baca: para geng motor) bisa hilang dan bisa diterima di tengah tengah masyarakat, dan insya Allah sedikit banyaknya bakal berkontribusi terhadap masyakarat sekelilingnya melalui berkesenian. Bagi mereka yang menyukai berkesenian, salurkanlah ke dunia kesenian, bagi mereka yang tetap menyukai balap balapan, kenapa tidak disalurkan ke arena balapan, siapa tahu bisa menjadi pembalap yang handal. Intinya, bagi mereka yang dinilai oleh masyarakat berprilaku “menyimpang”, sebaiknya diindentifikasi minat dan hobby mereka, lalu disalurkan ke arah yang lebih positif. Saya yakin, di lubuk hati mereka yang paling dalam, ada secercah cahaya atau sebutir mutiara yang terselimuti kabut hitam sehingga mutiara dan cahaya itu tidak mampu menembus dan memancarkan ke luar dirinya. Yang terjadi adalah kabut hitam itulah yang menguasai dirinya.

Raharja Sadulur – Memukau Siswa SMA

Kurang lebih dua bulan ini, saya mencoba ikut membina Raharja Sadulur bersama Abah Tapa umbara. Untuk membangkitkan semangat dan peluang tampil di depan umum, saya lebih mengarahkan dan mencoba membantu memberikan jalan keluar kepada Raharja Sadulur ini untuk melakukan beberapa hal berikut ini. (1) diusahakan peluang tampil tidak hanya di depan masyarakat umum namun dikembangkan pada performance di kalangan pendidikan formal (misalnya bila mungkin mengisi acara dies natalis/wisuda di perguruan tinggi, mengikuti kegiatan di SD, SMP, SMA yang berkaitan dengan kegiatan atau pameran seni dan budaya); (2) berusaha membuat/mencipta lagu dan sekaligus mengaransmen tangga nada karinding agar bisa menjadi minimal menjadi tujuh nada dasar; (3) harus latihan secara rutin. Kebetulan di depan rumah, saya sudah membuat saung tempat istirahat dan bisa digunakan malam hari untuk latihan, (4) merujuk pada anekdot Abah Tapa Umbara tentang si Kabayan, untuk Raharja Sadulur jangan seperti si Kabayan ngambil jambe, tapi harus berupaya memodifikasi diri, melakukan inovasi dan modernisasi karinding sehingga lambat laun karinding bisa sejajar dengan musik musik yang lainnya. Tantangan yang saya usulkan itu, tidaklah mudah namun kalau ada nawaetu, dibarengi dengan jiwa inovasi, kolaborasi, dan berkeinginan modernisasi karinding, suatu saat akan bisa diwujudkan.

Dari hasil diskusi sementara ketika saya ngariung dengan Abah Tapa Umbara, dihadiri Bogel dan Yuki Ahmad Yanto – anak saya, terbetiklah sebuah gagasan untuk mencoba memodifikasi karinding dengan mengawinkan bambu dan teknologi elektrisasi tampilan. Ide ini terinspirasi dari kontruksi gitar elektronik. Sedangkan inovasi yang berkaitan dengan mencipta lagu, telah lahir sejumlah lagu yang menurut hemat saya cukup baik. Entahlah kalau dicermati dan dinilai oleh mereka yang betul betul piwai dalam dunia musik. Kalau saya sendiri menilai dari hentakan musik dan lirik syair yang mereka dendangkan cukup menyentuh dan menghibur hati, serta hentakan musiknya bisa menggoyang pantap yang mendengarkannya.

Berikut ini adalah salah satu lagu ciptaan Raharja Sadulur c.q. Boncleng (nama aslinya Hery Riyanto), ybs sudah berhasil menciptakan 20 lagu, salah satunya adalah “Kota Bandung” dengan lirik sebagai berikut.

Kota Bandung

Tempat nu jadi pengjugjugan

Wisata jeung katuangan

Nya di lembur kuring sorangan

Kota Bandung nu priangan

Teu kurang tempat wisata

Di Bandung sagala aya

Komo deui ku mojangna

Kasohor kamana mana

Urang jaga salamina

Kota Bandung nu urang sadaya

Sangkan ulah nepi leungit endahna

Ngarah betah anu datangna

Reff. Di kota Bandung

Seueur nu matak kaduyung

Di kota Bandung

Endah ku curug jeung gunungna

Meureun ieu cirina

Kota Bandung sunda

Anu kacida pohara

Ku tempat pariwisata

(Boncleng)

Seperti bisa dicermati dari diksi yang digunakan, lagu ini memberikan pesan agar kita (baca: warga Bandung khususnya) senantiasa mencintai Bandung dan selalu berusaha melestarikan kekayaan alam dan lingkungan yang terkandung di dalamnya.

Sebulan yang lalu, ada kesempatan tampil di Sukabumi, tepatnya di SMP & SMA Arrahman Bojong Genteng dalam rangka kagiatan Antariksa III, yaitu kegiatan tahunan untuk menjaring para siswa dalam penguasaan ilmu ilmu eksak seperti perlombaan fisika, bilogi, dll, untuk tingkat Kab. Sukabumi. SMP & SMA Arrahman sebagai sekolah penyelenggara meminta Raharja Sadulur untuk tampil sebagai bintang tamu pada acara pembuka di rangkaian acara penutupan kegiatan. Para peserta kegiatan Antariksa ini adalah para siswa SMP dan SMA Pontren se Kabupaten Sukabumi. Untuk tahun ini diikuti oleh 42 sekolah dengan jumlah siswa tidak kurang dari 500 orang peserta lomba. Sebagai imbalan bagi para peserta yang masuk nominasi juara, panitia penyelenggara menyediakan hadiah uang tunai antara 500 ribu rupiah s.d. 2 juta rupiah.

Agar tampilan di SMP & SMA Arrahman tidak mengecewakan, tentunya perlu latihan yang serius yang dilakukan secara berkala agar materi yang disajikan nanti bagus dan menarik. Seminggu 2~3 kali latihan dilakukan di rumah saya dari pukul 19:00 s.d. pk. 22:00. Suara Karinding dan celempung dipadukan dengan gitar, lalu diiringi dengan terompet dan suling, lalu galindeng merdu seorang penyanyi telah menembus kesunyian dan dinginnya malam. Latihan mereka yang tidak mengenal lelah telah mempesona para penonton, tepuk tangan yang meriah, dan telah membuahkan pujian pujian dari guru, siswa di Arrahman serta sanjungan dari para tamu yang hadir pada kegiatan tersebut. Adapun reputasi karinding Raharja Sadulur yang terbaru yaitu ikut mengisi acara “Potret Menembus Batas” di SCTV. (Bandung, 18 Pebruari 2017).