This post is also available in:

Di kawasan pantai Canggu, destinasi favorit para traveler berwawasan trendi dan kreator, hadir “Nuanu Creative City”, kota kreatif yang menjembatani imajinasi menuju masa depan.

Nuanu Creative City
Pulau Bali dikenal sebagai salah satu destinasi resor pantai terbaik di dunia. Pantai-pantai yang menakjubkan, pura kuno yang merekam jejak waktu, serta hamparan sawah hijau nan subur menghadirkan panorama indah dan penuh misteri, sehingga disebut juga sebagai “Pulau para Dewa.”
Pada tahun 2024, daya tarik baru lahir di pulau ini: “Nuanu Creative City”, kawasan seluas 44 hektar yang membentang di sepanjang pesisir Tabanan dengan panorama Samudra Hindia yang memukau.
Sebuah kota kreatif baru telah hadir—Nuanu—tempat di mana seni, desain, teknologi, dan lingkungan saling beririsan. Di sini, bakat-bakat dari seluruh dunia berkumpul, berkreasi selaras dengan alam, dan bersama-sama membangun masa depan.
Photos by :Nyoman Hendra Adhi Wibowo
Pameran seni internasional pertama kali di Bali akhirnya hadir!
Pulau Bali, Indonesia menyambut hadirnya pameran seni internasional baru bertajuk “Art & Bali 2025.” Seluruh kawasan Nuanu Creative City akan bertransformasi menjadi panggung dunia seni kontemporer.
Untuk pertama kalinya, acara ini menghadirkan 17 galeri, lebih dari 150 seniman, serta lebih dari 50 program yang meliputi pameran, pertunjukan, diskusi, hingga program malam. Selama tiga hari, Art & Bali 2025 akan menjadi perayaan seni yang tak terlupakan.
(Kiri) Lev Kroll / CEO Nuanu Creative City(Tengah) Kelsang Dolma / Project Director Art & Bali, Director of Communications & Special Art Projects Nuanu Creative City(Kanan) Mona Liem / Kurator Terra Nexus di Art & Bali, CEO Connected Art Platform
Tentang Acara
Art & Bali 2025
12 September 2025 (Jumat)|Pukul 11.00 – 20.00 : VIP Preview
13 – 14 September 2025 (Sabtu & Minggu)|Pukul 11.00 – 20.00 : Hari Terbuka untuk UmumVenue:Nuanu Creative City📍 Nuanu Creative City Beraban, Kediri, Tabanan,Bali, Indonesia 82121
公式情報 Website: www.artandbali.com Instagram: @artandbali

THK Tower, landmark interaktif setinggi 30 meter dengan 108 anak tangga, yang menawarkan pemandangan menakjubkan menghadap Samudra Hindia.
Salah satu sorotan utama adalah instalasi raksasa karya Heri Dono, salah satu seniman paling penting dan karismatik dalam dunia seni rupa kontemporer Indonesia. Karya monumental berjudul “Trokomod” kembali dipamerkan di Nuanu Creative City, Bali, hampir sepuluh tahun setelah pertama kali diperkenalkan di Paviliun Indonesia pada Venice Biennale 2015.
“Trokomod” merupakan makhluk hibrida amfibi yang menggabungkan kuda Troya dengan komodo—hewan endemik Indonesia. Instalasi ini memiliki skala luar biasa: panjang 7,5 meter × lebar 3 meter × tinggi 3,5 meter.
Selain itu, akan diperkenalkan “Art Collectors Pass”, serta peresmian tahap kedua instalasi “THK Tower”, yang terbuat dari material daur ulang dan rotan, dihiasi dengan proyeksi mapping sebagai landmark baru di Bali yang memadukan seni dan teknologi AI.
Pameran seni internasional pertama di Bali ini akan mengubah lanskap budaya pulau dengan pengalaman yang belum pernah ada sebelumnya.

Lev Kroll
Perpaduan Visi Nuanu dan Seni
Nuanu diciptakan untuk menjadi wadah bagi ide dan energi kreatif. Art & Bali mewujudkan visi tersebut dan menunjukkan kepada dunia bahwa Bali adalah pusat seni dan budaya yang mampu menghadirkan perubahan.
― Lev Kroll (Nuanu CEO)
Kota Kreatif Berkelanjutan yang Dilengkapi Ekosistem Inovatif

Kelsang Dolma
Di Nuanu Creative City, Ms. Kelsang yang memimpin penyelenggaraan Art & Bali mengatakan:
“Art & Bali adalah sebuah undangan untuk saling terhubung, berkolaborasi, dan bersama-sama membentuk ekosistem seni yang tumbuh di Bali. Kami bertujuan membangun pertukaran yang bermakna antara budaya dan dunia komersial.”
― Kelsang Dolma(Art & Bali Director)
Salah satu venue Art & Bali, “Labyrinth Dome – Bali Mystic
Dengan visual 360 derajat yang mutakhir, tarian memikat, serta lanskap suara yang menggugah jiwa, legenda-legenda kuno dihidupkan kembali dalam konteks modern.
Di dalam kubah berdiameter 21 meter yang membentang bak bunga teratai, terbentang ruang imersif nan memukau. Proyeksi digital 360 derajat berpadu dengan sistem audio surround tercanggih, menghadirkan pengalaman mendalam yang menggugah seluruh pancaindra.

Labyrinth Dome – Bali Mystic

Art & Bali Opening
Galeri dan Seniman Peserta (Dengan Kehadiran Internasional)
- Santrian Art Gallery(Bali,Indonesia)
Sebuah galeri yang menampilkan seni yang berakar pada tradisi dan spiritualitas Bali, dikenal sebagai ruang yang menumbuhkan kreativitas lokal. Galeri ini terbuka untuk umum secara gratis. Link - Asia Pacific Print Club(Asia Pasifik)
Organisasi nirlaba yang mewakili para seniman grafis, studio, dan komunitas di kawasan APAC (Asia Pasifik). Melalui pameran keliling, organisasi ini mendorong penyebaran dan pertukaran seni grafis. Link - Feb Gallery Tokyo(Tokyo,Japan)
Sebuah galeri seni kontemporer di Minami-Aoyama yang berfokus pada eksplorasi ekspresi eksperimental. Pamerannya ditandai dengan lintas genre, mulai dari lukisan, video, perhiasan, hingga pertunjukan. Link
Seniman dari Jepang juga turut berpartisipasi! – Mr. Iroha Ozaki –
Kurator Mona Liem (keempat dari kiri) bersama para seniman pameran “Terra Nexus” (Iroha Ozaki, ketiga dari kanan).
Berawal dari seminar pascasarjana di Kyoto University of the Arts yang dipimpin oleh Noboru Tsubaki, produser umum Artists Fair Kyoto, terwujudlah kesempatan bagi karya-karya mahasiswa untuk dipamerkan. Melalui seleksi kuratorial oleh Mona Liem, kurator Art & Bali, karya-karya tersebut dipresentasikan dalam pameran “Terra Nexus” yang terhubung dengan proyek THK Tower.
<Profil Seniman>
Karya Iroha Ozaki melintasi berbagai medium—lukisan, puisi, video, hingga instalasi—dengan menangkap jejak keinginan yang berulang kali terukir dalam sejarah manusia. Dalam praktiknya, ia berupaya membalikkan serta mengguncang simbol-simbol yang telah mengakar sebagai norma sosial. Namun, hal ini tidak berhenti pada sekadar pembalikan tanda. Fragmen-fragmen alegoris yang muncul saling terhubung, terkadang mengandung kontradiksi, namun membentuk aliran pemikiran yang hadir sebagai narasi bagi para pengamat.
Anyaman fragmen alegoris ini, sebagaimana dalam lukisan Vanitas, menggema sebagai kritik terhadap hedonisme dan kepemilikan, sekaligus menyinggung kehampaan dan kemerosotan spiritual dalam masyarakat konsumsi masa kini. Bukan sebagai wacana besar yang ditampilkan secara gamblang, melainkan merembes melalui pergeseran kecil dan ironi yang halus.
Selain berkarier sebagai seniman, Ozaki juga menempuh pendidikan seni di program pascasarjana Kyoto University of the Arts (seminar Noboru Tsubaki).
<Tentang Seri Karya “MEDIUM” yang Dipamerkan di Art & Bali Kali Ini>
Karya ini terdiri dari 13 lukisan monokrom, dengan pigmen yang digunakan berasal dari tulang belulang manusia. Tulang sering kali dipandang sebagai sesuatu yang pribadi sekaligus melambangkan akhir. Namun, di sini ia diangkat sebagai satuan universal dari keberadaan. Materi yang ditinggalkan oleh tubuh seseorang yang pernah hidup kembali hadir di atas kanvas—bukan sekadar citra visual, melainkan sebagai wujud keheningan yang menyimpan bobot eksistensi.
Fragmen tulang itu ditaburkan pada kanvas berbagai ukuran, membuat kontur individual perlahan terurai. Namun, hal itu bukanlah penanda akhir, melainkan bentuk penjalinan ulang dari relasi-relasi baru. Kematian tidak lagi dipahami sebagai titik henti yang beku, melainkan sebagai proses dinamis yang terus berubah melalui keterkaitan dengan orang lain, ruang, maupun institusi.
Pada saat itu, kematian seseorang ditempatkan kembali sebagai bagian dari lingkaran kosmos, sekaligus menghadapkan kita pada pertanyaan-pertanyaan mendasar tentang yang universal. Saat ini, beberapa karya dalam seri “MEDIUM” telah lepas dari tangan sang seniman dan “bernapas” di berbagai tempat. Tubuh yang dahulu satu kini terpecah, masing-masing memperoleh bentuk mandiri untuk terus hadir.
Pemandangan tersebut secara halus mengguncang batas antara kosmos dan tubuh, seni dan masyarakat, serta menimbulkan keraguan samar mengenai keterpisahan sekaligus keterhubungan kita.


Pameran “Terra Nexus” (Proyek Terkait)
Kuratornya adalah Mona Liem, seorang seniman dan kurator asal Indonesia yang berbasis di Swiss, sekaligus CEO dari Connected Art Platform (CAP). Ia dikenal dengan pendekatan yang memanfaatkan VR dan media eksperimental untuk mengeksplorasi persinggungan antara seni, sains, dan lingkungan.
Ia mengatakan:
“Hal yang ingin saya hadirkan melalui Terra Nexus adalah kebaruan. Banyak seniman yang untuk pertama kalinya bersentuhan dengan media baru, sehingga ruang ini menjadi sebuah laboratorium eksperimental.”― Mona Liem
Galeri Peserta Lainnya (hanya nama)
- Art Agenda
- Bagia Art Space
- CONNEC ART
- Dalam Seniman
- Kotak: Art Collective
- LAKU Art Space
- Lucy Dream Art
- N-CAS ISI BALI
- Purga Artspace
- RUANG//
- Spacecraft Gallery
- Superlative Gallery
- Umah Seni Shibumi
- Waworuntu Gallery
Program Lain dan Keberlanjutan
-
Lebih dari 50 sesi talk, panel, workshop, dan masterclass akan diselenggarakan.
-
Setiap sore akan diwarnai sunset performance, dan pada malam hari hadir live music, DJ, serta pertunjukan cahaya di bawah langit berbintang.
-
Dalam praktik keberlanjutan, Art & Bali tidak lagi menggunakan dinding sementara yang biasanya dibuang, melainkan memanfaatkan bahan baja dan MDF yang dapat digunakan kembali.
※ Untuk detail lebih lanjut, silakan kunjungi www.artandbali.com




Anda Bicara