Kutipan Ni Luh Menek
“Tarian adalah saudara yang baik, tidak pernah berpisah sampai sekarang”
“Saya Menari untuk kepentingan orang banyak, untuk menghibur penonton”
“Saat menari perasaan senang sehat dan bahagia sampai tidak ingat masalah”
Ni Luh Menek, lahir pada tahun 1939 di desa Jagaraga, buleleng, bali. Dikenal karena ketekunan dan kuat semangatnya dalam seni tari tradisi Bali. Beliau adalah salah satu dari para maestro yang mengabdikan keseluruhan hidupnya dalam bidang seni tari. Dalam keseharian yang sederhana beliau terlihat semangatnya dalam mengajarkan seni tari kepada murid muridnya.
Pada era pemerintahan presiden Soekarno, Bu Menek selalu di undang ke istana Tampak siring, Bali untuk menarikan tarian teruna jaya, dimana bpk Presiden berkata kalau melihat tariannya membuat tidak mengantuk.
Ni Luh Menek pertama kali belajar tari dibimbing oleh pak Wanres dan di lanjutkan oleh pak I Gede Manik, dimana kedua tokoh ini adalah pencipta tari kebyar. Saat berumur 15 tahun pertama kalinya Beliau menari Tarian Teruna Jaya dihadapan publik menjadikannya seorang seniman tari yang ahli. Pada tahun 1954 Beliau menari bersama Gong Jagaraga ke seluruh pelosok bali.
Tari Palawakya mulai dikembangkan pada tahun 1993, dimana beliau diberi dukungan oleh bapak Sardono. Tarian Palawakya ini memerlukan beberapa keahlian seperti olah gerak, olah suara dan memainkan instrumen musik. Untuk olah suara beliau mendapat dukungan dari Gede Putu Tirta Ngis.
Dalam mengembangkan dan melestarikan seni tradisi tari klasik bali, usaha yang dilakukan oleh beliau adalah terus mengajarkan seni tari ini kepada generasi muda, dan juga menari di banyak tempat bersama para muridnya. Selain mengajarkan seni tari tradisi klasik bali ini kepada generasi muda bali, beliau juga mengajarkan kepada orang-orang asing. Ni Luh Menek memang seorang guru, bahkan anak-anaknyapun mengikuti jejaknya sebagai penari. Komang Sriwahyuni belajar di Sekolah Tinggi Seni Indonesia (STSI) Denpasar, dan anak yang kedua, Made Suyatni adalah sarjana seni tari yang menjadi pengajar di ISI Denpasar Bali. Walaupun banyak mengajar murid-murid yang dari luar desa Tejakula, beliau menyatakan “Harus dan akan tetap ada penari dari desa Tejakula yang akan meneruskan dan mewarisi seni tari klasik bali”.
Anda Bicara