kain tenun Pringgasela

Kain tenun dari desa Pringgasela Lombok timur, merupakan salah satu budaya nasional yang memiliki keunikan tersendiri yang diajarkan turun temurun, semua bahan dari dari alam, bahkan untuk bahan pewarnaan juga memakai bahan-bahan dari alam. Kain tenun ini digunakan dalam kegiatan sosial maupun ritual.

kapas  Prane  Prane 1
Benang alami
  Motif Sakak  Motif Belak Topat

Lama perjalanan dari denpasar ke desa Pringgasela memakan waktu sekitar 2 jam. Hampir semua ibu-ibu desa Pringgasela dapat menenun, karena memang sudah membudaya dalam kehidupan sosial masyarakatnya. Pembuatan tenun menggunakan alat tradisional (Gedogan), dapat terdengar suaranya apabila mereka sedang menenun diteras rumah.

ModelKain tenun pringgasela ini banyak dikenal dikalangan luas, tidak hanya di Indonesia bahkan banyak negara, bahkan ada yang secara khusus datang dari Jepang datang khusus ke desa ini untuk belajar membuat kain tenun.

Peralatan untuk membuat kain tenun ini sangat sederhana, bahan baku utama adalah kayu. Alat untuk menenun namanya Gedogan, untuk membuat motif namanya Prane. Untuk pewarnaan digunakan bahan alam, warna coklat menggunakan kulit kayu, sedangkan warna hujau dan kuning menggunakan daun. Beberapa motif tenun yang asli dari pringgasela yaitu, Belak Topat, Sakak, dan Sari Menanti. Lama pembuatan untuk menenun satu kain memakan waktu selama 1 bulan.

Ibu Masnir dgn Gedogan

Ibu Masnir salah seorang penenun yang cukup di kenal didesa Pringgasela, sudah lebih dari 35 tahun menenun kain, dan selama 15 tahun sudah mulai aktif mengajarkan cara menenun. Salah satu murid yang berkesan adalah Mario Maguchi asal Jepang, selain aktif belajar beliau juga aktif mengembangkan warna-warna alam yang baru.